IDENTIFIKASI DAN DISTRIBUSI NYAMUK AEDES SP. SEBAGAI PREVALENSI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN KARO

Authors

  • Jernita Sinaga Poltekkes Kemenkes Medan
  • Likasi Emita Poltekkes Kemenkes Medan

DOI:

https://doi.org/10.36911/pannmed.v13i3.580

Keywords:

DBD, Aedes sp, Identifikasi

Abstract

Distribusi nyamuk Aedes sp. dipengaruhi oleh perubahan lingkungan. Aedes spi adalah nyamuk yang
termasuk dalam subfamili Culicinae, famili Culicidae ,ordo Diptera, kelas Insecta. Nyamuk ini berpotensi
untuk menularkan penyakit demam berdarahdengue (DBD). DBD adalah suatu penyakit yang ditandai
dengan demam mendadak, perdarahanbaik di kulit maupun di bagian tubuh lainnya serta dapat
menimbulkan syok dan kematian.Penyakit DBD ini terutama menyerang anak-anak termasuk bayi,
meskipun sekarang proporsipenderita dewasa meningkat.
Kabupaten Karo memiliki potensi mengalami perubahan lingkungan yang dapat mengganggu
karakteristik habitat normalgenus nyamuk Aedes sp.,sehingga perlu dilakukan penelitian. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui distribusi nyamuk Aedes sp. di Kabupaten Karo berdasarkan karakteristik
habitat normalnya. Sampelpenelitian adalah nyamuk genus Aedes sp yang ditemukan di dalam perangkap
yang dipasang berdasarkan prevalensi penyakit DBD di Kabupaten Karo yaitu Kecamatan Kabanjahe,
Kecamatan Berastagi dan Kecamatan Merek. Metode penelitian Explanatory Research bersifat
deskriptifmenarasikan perbedaan populasi semua nyamuk Aedes spyang ditemukan di dalam perangkap
yang dipasang di lokasi penelitian dan melakukan pemeriksaan laboratorium dengan tehnik
identivikasigenus nyamuk Aedes sp.,dan pengukurankarakteristik habitat normal nyamuk Aedes Aegipty
dengan mengukur ketinggian lokasi, suhuudara lokasi, dan kelembaban.
Hasil penangkapan nyamuk Aedes sp setelah di identivikasi di laboratoriumdi seluruh lokasi penangkapan
diperoleh 106 ekor nyamuk yang yaitu Aedes Aegipty 6.77% dan Aedes Abopiktus 5.09%. Spesies yang
palingbanyak ditemukan adalah Aedes Aegipty yaitu sebanyak 59 ekor dan Aedes Albopiktus adalah 47
ekor, rata-rata ketingian daerah 1208.15 m dpl yang diukur di temukan nyamuk Aedes sp 82 ekor dengan
rincian Aedes Aegipty 47 ekor dan Aedes Albopiktus35 ekor.
Rata-rata suhu 270C didapat nyamuk Aedes sp 61 ekor dengan rincian Aedes Aegipty 36 ekor dan Aedes
Albopiktus25 ekor dan species nyamuk Aedes sp terbanyak di dapat pada suhu 25,00C - 30,00Cditemukan
species nyamuk Aedes sp61 ekor dengan rincianAedes Aegipty 36 ekor dan Aedes Albopiktus25 ekor, ratarata
kelembaban daerah 73,900F dengan nyamuk Aedes sp 65 ekor.Species nyamuk Aedes sp terbanyak
di dapat pada kelembaban 60 – 800F, ditemukan 65 ekor nyamuk Aedes sp. dengan rincianAedes Aegipty
37 ekor dan Aedes Albopiktus28 ekor, Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh karakter
nyamuk Aedes spakibat perubahan lingkungan termasuk suhu, kelembaban, ketingian daerah di
Kabupaten Karo.

References

Borror, D.J., Triplehorn, C.A., Johnson, N.F. 1996.
Pengenalan pelajaran serangga. Edisi keenam.
Terjemahan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. Hal: 670-671.
Depkes RI. (1992.a). Petunjuk Teknis Pemberantasan
Nyamuk Penular Penyakit Demam Berdarah
Dengue . Jakarta : Dirjen PPM dan PLP.
Depkes RI. (1992.b). Petunjuk Teknis Pengamatan
Penyakit Demam BerdarahDengue. Jakarta :
Dirjen PPM dan PLP.
Dep.Kes RI. Ditjen PPM & PLP. 2002. Pedoman
Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Jakarta
Depkes RI (2004) Tatalaksana Demam Berdarah (DBD)
di Indonesia, Dirjen PPM dan PL, Departemen
Kesehatan Republik Indonesi, Jakarta.
Dinas Kesehatan Propinsi Sumut, (2005), Profil
Kesehatan Profinsi Sumatera Utara, Medan
Dinas Kesehatan kota Medan, 2003, Profil Kesehatan
Medan, Medan
Dinas Kesehatan Kabupaten Karo, 2005, Profil Kesehatan
Kabupaten Karo, Kabupaten Karo.
Ditjen PPM&PL, Depkes RI. Pedoman survai entomologi
malaria. Jakarta : Depkes RI; 2001.
Ditjen PPM&PL, Depkes RI. Pengamatan serangga
penular penyakit. Jakarta : Depkes RI; 1996.
Fathi, Soedjajadi Keman, dan Chatarina Umbul
Wahyuni. 2005. Peran faktor lingkungan dan
perilaku terhadap penularan demam berdarah
dengue di kota Mataram. Jurnal kesehatan
lingkungan. 2(1):1-10.
Foster WA, Walker ED. Medical and Veterinary
Entomology. Edited by Gary Mullen dan Lance
Durden. London: Academic Press. 2002. p 203-
233
Hanson, SM, Craig GB Jr. 1995. Cold
acclimation,diapause, and geographic origin
affect coldhardiness in eggs of Aedes albopictus
(Diptera:
Culicidae). Journal of Medical
Entomology,31(2):192-201.
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Profil Data
Kesehatan Indonesia Tahun 2011, Jakarta, hal
71,101.
McCall, J, and Pattamaporn Kittayapong. 2006.
Control of dengue vectors: tool and strategies.
Scientific Working Group, Report on
Dengue, Geneva, 1-5 October 2006.
Moraes, EC, Sergio H Franchito, and V Brahmananda
Rao. 2013. Impact of Global Warming on the
energy balance and climate. 52(3),
(http://journals.ametsoc.org/doi/abs/10.1175/
JAMC-D-11-0258.1, diakses 23 Juli 2013).
Rueda LM. Zootaxa. Pictorial Keys for the Identification
of Mosquitoes (Diptera: Culicidae) Associated
with Dengue Virus Transmission. Auckland,
New Zealand: Mongolia Press. 2004.
Scott TW, Morrison AC. Aedes aegypti Density and the
Risk of Dengue Virus Transmission. Chapter 14
2003. p.187-206. http://library.wur.nl/frontis/
malaria/14_scott.pdf. diakses 20 November
2007
World Health Organization. Pencegahan dan
Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah
Dengue. Panduan Lengkap. Alih bahasa: Palupi
Widyastuti. Editor Bahasa Indonesia:
Salmiyatun. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2005. hal 58 – 77

Downloads

Published

26-04-2019